Sabtu, 28 Mei 2016

STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS




MAKALAH ASKEB V
STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh3JSDFE3Bk_YjgLDP0Ilcp0TlBwSIO_R9nCgDGf_xVUVtaO4MNw0fi-ihGPC4PIPEwTWzYWNNyDD6ApGdC18DV9bzzJ29sEpgWogzF1l7eAeqr8Pl0blrnZoZakfvTdModbLdrVFx5ug/s1600/LOGO.jpg
KELOMPOK 1
ANDINA BUNGA SYAFEL
DITA LUFITA SARI
GITHA AGUSTYA CORNEO
NADILLA
RIKA RAFI SARAGI TURNIP
SORFINA ROZA
WINEFSI RIMAZELI
ZEFNI JUNARLY

2B / DIII KEBIDANAN
DOSEN PEMBIMBING : ETY APRIANTI,SKM, M.Kes



STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
Tahun Akademik 2015/2016
KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Asuhan Kebidanan V.
Selama proses penyusunan makalah ini, tidak lepas dari peran dan dukungan dari berbagai pihak yang telah memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing penulis, teman – teman yang telah membantu dan  memberi dukungan  terhadap penulis sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca maupun dosen pembimbing sangat di harapkan demi perbaikan untuk masa-masa yang akan datang.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.













BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang
Penurunan angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup masih terlalu lamban untuk mencapai target tujuan pembangunan millenium development goals (MDGs) dalam rangka mengurangi tiga perempat jumlah wanita yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada 2015. Pada tahun 2005 sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000 dari data WHO.
Guna mencapai visi tersebut diatas, pemerintah membuat suatu trobosan berupa upaya pembangunan kesehatan berbasis masyarakat, dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat agar ikut berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Peran serta masyarakat merupakan unsur yang penting dan mutlak diperlukan dalam pembangunan kesehatan. Upaya melibatkan masyarakat dilakukan dengan menggalang potensi masyarakat melalui organisasi – organisasi masyarakat atau lembaga – lembaga swadaya masyarakat (LSM), perusahaan – perusahaan swasta yang ikut membantu meringankan beban penyelenggaraan kesehatan masyarakat, misalnya balai kesehatan masyarakat. Potensi masyarakat dalam koteks ini berarti komunitas, misalnya masyarakat RT, RW, dan kelurahan.

1.2     Tujuan penulisan
a.       Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas penulisan dengan pokok  dan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang bagaimana Strategi Pelayanan Kebidanan Dikomunitas.
b.      Tujuan khusus
1.      Menulis ingin mengetahui tentang pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat yang dapat dilakukan oleh bidan komunitas di kominutas.
2.      Mengetahui pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat yang dapat diberikan oleh bidan komunitas.
3.      Mengetahui menggunakan atau memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat untuk melancarkan kegiatan komunitas yang dapat dilakukan oleh bidan komunitas di komunitas.


C.     Manfaat
a.       Bagi pembaca
Diharapkan makalah ini bermanfaat untuk dijadikan sebagai  bahan bacaan dan untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang Strategi Pelayanan Kebidanan Dikomunitas
b.      Bagi penulis
Sebagai media untuk memberikan informasi atau wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang Strategi Pelayanan Kebidanan Dikomunitas
















BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pendekatan Edukatif Dalam Peran Serta Masyarakat
         Dalam pendekatan ini ujung tombaknya adalah gerakan peberdayaan, yang memiliki tiga mata tombak disebut TRISULA, yaitu konseling, kunjungan rumah, dan pengorganis asian masyarakat. Ketiga mata tombak ini pada hakikatnya adalah upaya memfasilitasi proses pemecahan masalah dalam diri sasaran/ klien. Pemberdayaan itupun tidak dilakukan secara serta-merta, melainkan secara berjenjang. Para petugas kesehatan dan petugas lintas sektor terkait memberdayakan pemuka-pemuka masyarakat, yang disusul dengan gerakan para pemuka masyarakat untuk memberdayakan unsur-unsur masyarakat (yaitu kader), dan akhirnya para kader bergerak memberdayakan seluruh msyarakat.
          Pendekatan edukatif memerlukan kesabaran dan ketangguhan dari para petugas (penggerak), karena mereka harus mengawal proses secara berkelanjutan hingga tercapainya kemandirian masyarakat. Dijajaran kesehatan, penggerak awal adalah para petugas di Dinas kesehatan Kabpaten/Kota, rumah sakit, serta puskesmas dan jaringannya.
  1. Definisi
a.       Secara umum
          Rangkaian kegiatan yang di laksanakan secara sistemtis, terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu, kelompok, masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor social, ekonomi dan budaya setempat.
b.      Secara Khusus
Merupakan model dari pelaksanaan organisasi dalam memecahkan masalah yang dihadai masyarakat dengan pendekatan pokok yaitu pemecahan masalah dan proses pemecahan masalah tersebut.
  1. Tujuan Pendekatan Edukatif
1.      Memecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang merupakan masalah kebidanan komunitas.
2.      Kembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan memecahkan masalah yang di hadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuan.



  1. Langkah-Langkah Pendekatan Edukatif
              A.  Pendekatan pada tokoh masyarakat
1.     Nonformal untuk penjagaan lahan
 2.     Formal dengan surat resmi
3.     Tatap muka antara provider dengan tokoh masyarakat.
4.     Kunjungan rumah untuk menjelaskan maksud dan tujuan pengumpulan data.
5.     Pertemuan provider dan tokoh masyarakat untuk menetapkan suatu kebijakan 
        alternative pemecahan masalah dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan
6.     Menjalin hubungan social yang baik dengan menghadiri upacara-upacara
        agama, perkawinan, kematian dsb.

              B.  Pendekatan kepada provider
                    Diadakan pada waktu pertemuan tingkat kecamatan, tingkat desa/kelurahan, tingkat
dusun / lingkungan.

              C.  Pengumpulan data primer dan sekunder
                    Data umum, data teknis sesuai dengan kepentingan masing-masing-masing sector, data perilaku sesuai dengan masalah yang ada, data khusus hasil pengamatan, data orang lain. Pengembangan masyarakat perlu dilakukan baik sumber daya alam / potensi desa, dan sumber daya manusia/kader kesehatan agar tahu mau dan mampu mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya dan gotong royong menggunakan metode :




1.     Pendekatan tingkat desa dilakukan dengan cara :
a.   Pertemuan tersendiri dengan tokoh masyarakat.
b.   Menumpang pada pertemuan lain seperti Musyawarah Masyarakat Desa /
                              MMD maupun pertemuan tingkat dusun / lingkungan
2.         Pengumpulan data untuk mencari kebutuhan yang real dan kebutuhan yang  
    diinginkan masyarakat/felt needs dalam rangka Survey Mawas Diri/SMD
  3.     Penyajian data pada waktu MMD yang berisi : analisa situasi secara singkat,
                      analisa data, permasalahan, penyebab terjadinya masalah.
               4.     Komitmen bersama dari hasil kesepakatan MMM dalam suatu kebijakan
                       alternative pemecahan untuk ; perencanaan kegiatan, perencanaan pelaksanaan,
                       dan perencanaan evaluasi.
5.         Sosial budaya, ekonomi dalam kesehatan wanita antara lain pelayanan kesehatan
                        tidak terjangkau, pengetahuan yang rendah untuk mengenal tanda dan gejala
                        dari berbagai komplikasi terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas.
                            Wanita adalah manusia yang mempunyai hak asasi terutama hak dalam bidang kesehatan yaitu hak untuk memelihara kesehatan reproduksinya. Bidan berperan dalam memberikan dukungan pada wanita untuk memperoleh status yang sama di masyarakat untuk memilih dan memutuskan perawatan kesehatan dirinya. Dalam memberikan asuhannya hendaknya women center care / asuhan yang berpusat pada wanita, dimana fokusnya mencakup seluruh aspek kehidupan yang memandang wanita sebagai manusia yang utuh, membutuhkan pemenuhan kebutuhan biologi, psikologi, social, spiritual dan cultural selama hidupnya. Bidan harus mempunyai pengetahuan yang luas dalam segala aspek yaitu kehamilan, persalinan, nifas, KB, serta kesehatan reproduksi dalam pasangan usia subur karena bidan komuniti adalah partner dari seorang wanita dalam menghadapi berbagai pengalaman hidupnya.
                            Model asuhannya adalah wanita sebagai figure sentral pada proses asuhan karena wanita yang mengerti kebutuhannya sendiri sedangkan bidan adalah pemberi asuhan professional yang membantu ibu untuk pengambilan keputusan dan menanggapi pilihan ibu. Salah satu factor yang mencerminkan wanita sebagai pusat asuhan diasumsikan dengan kepuasan terhadap asuhan kebidanan yaitu factor asuhan yang berkelanjutan (continuity of care).

  1. Strategi Dasar Pendekatan Edukatif
1.      Mengembangkan provider
Provider adalah sector-sektor yang bertanggung jawab secara teknis terhadap program-program yang dikembangkan dalam pengembangan kemampuan masyarakat untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri secara swadaya dan gotong royong.
Perlu adanya kesamaan presepsi dan sikap mental positif terhadap pendekatan yang di tempuh serta sepakat untuk mensukseskan .
Langkah-langkah pengembangan provider
1)      Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat.
Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan nasional atau ragional. Bentuknya pertemuan perorangan, dalam kelompok kecil, pernyataan beberapa pejabat yang berpengaruh.
2)      Pendekatan terhadap pelaksana dari sector diberbagai tingkat administrasi sampai dengan tingkat desa.
Tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan serta pola pelaksanaan serta makro. Bentuknya lokakarya, seminar, raker, musyawarah.
3)      Pengumpulan data oleh oleh sector kecamatan/desa
Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan petugas/provider. Macam data yang dikumpulkan data umum, data khusus dan data perilaku.
2.      Pengembangan masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah penghimpunan masyarakat untuk mampu dan mau mengatasi maslahnya sendiri secara swadaya sebatas kemampuan. Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk menentukan maslah, merencanakan alternative, melaksanakan dan menilai usaha pemecahan masalah yang dilaksanakan. Langkah-langkahnya melipti pendekatan tingkat desa, survey mawas diri, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan pembinaan.




2.2 Pelayanan yang Berorientasi pada Kebutuhan Masyarakat
Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber-sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong. Terdiri dari tiga asfek penting meliputi proses, masyarakat dan memfungsikan masyarakat.
Terdiri dari 3 jenis pendekatan :
  1. Specific Content Approach
Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah melalui proposal program kepada instansi yang berwenang.
Contoh : pengasapan pada DBD

  1. General Content Objektive Approach
Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan dalam wadah tertentu
Contoh : posyandu meiputi KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.

  1. Proses Objektive Apporoach
Yaitu pendeketan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan masyarakat sebagai pengambilan prakarsa kemudian dikembangakan sendiri sesuai kemampuan.
Contoh : kader

2.3  Menggunakan atau Memanfaatkan Fasilitas dan Potensi yang Ada di Masyarakat
Masalah kesehatan pada umumnya disebabkan oleh rendahnya status social-ekonomi yang diakibatkan ketidak tahuan dan ketidak mampuan memelihara diri sendiri (self care) sehingga apabila berlangsung terus akan berdampak pada status kesehatan keluarga dan masyarakat juga produktifitasnya.

  1. Definisi
a.       Usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan orang, berkomunikasi dan menguasai fisiknya.
b.      Pengembangan manusia yang tujuannya adalah mengembangakan potensi dan kemampuan manusia dalam mengontrol lingkungannya.
2.Langkah-langkah
a.       Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan.
b.      Tingkatkan potensi yang ada.
c.       Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada
d.      Tingakatkan kesejahtraan masyarakat secara keseluruhan

3.      Prinsip-prinsip dalam mengembangkan masyarakat
a.       Program ditentukan oleh atau bersama masyarakat
b.      Program disesuaikan denagan kemampuan masyarakat
c.       Dalam pelaksanaan kegiatan harus ada pembimbing, pengarahan dan dorongan agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan lainnya
d.      Petugas harus bersedia mendampingi dengan mengambil fungsi sebagai katasilator untuk mempercepat proses.

  1. Bentuk-bentuk program masyarakat
a.       Program inisiatif yaitu pengembangan masyarakat melaui koordinasi dengan dinasterkait/ kerjasama lintas sector.
b.      Program adaptif yaitu pengembangan masyarakat hanya ditugaskan pada salah satu instansi/departemen yang bersangkutan saja secara khusus untuk melaksanakan kegiatan tersebut/kerjasama lintas program
c.       Program proyek yaitu pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha-usaha terbatas di wilayah tertentun dan program disesuaikan denga kebutuhan wilayah tersebut.

Fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat yaitu sumber daya alam / potensi desa, dan sumber daya manusia/kader kesehatan. Bidan dalam memberikan pelayanan kepada ibu dan anak di komuniti perlu memperhatikan factor lingkungan antara lain:
        1.   Lingkungan Sosial
              Masyarakat yang berada di dalam komuniti memiliki ikatan social, budaya. Dukun penolong persalinan sangat dekat dengan masyarakat terutama di kalangan keluarga di desa oleh karena menggunakan pendekatan social budaya sewaktu memberi pelayanan. Bidan dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil dan bersalin diupayakan tidak bertentangan dengan kebiasaan, adapt istiadat, kepercayaan dan agama di masyarakat. Oleh karena itu peran serta masyarakat memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kesehatan ibu, anak balita, keluarga serta keluarga berencana. Peran serta masyarakat ini selalu digerakkan dan ditingkatkan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan.
              Kondisi tingkat pendidikan dan ekonomi menentukan tingkat partispasinya di dalam turut serta berperan meningkatkan kesehatan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat semakin meningkat perhatian tersebut, menimbulkan peningkatan tuntutan masyarakat.
              Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah bersama masyarakat menentukan arah upaya kesehatan yang dilakukan kepada masyarakat. Pelayanan kebidanan komuniti perlu mendapat dukungan politik dari organisasi swasta ataupun pemerintah terutama mendukung adanya undang-undang dan pelaksanaanya.
        2.   Lingkungan flora fauna
              Kebutuhan gizi manusia tergantung kepada keberadaan flora dan fauna. Masyarakat dianjurkan melakukan penghijauan. Pemanfaatan pekarangan dengan tanaman bergizi dan berkhasiat akan mendukung terwujudnya kesehatan keluarga. Peternakan juga mendukung kondisi gizi manusia. Bidan yang bekerja di komuniti memperhatikan pengaruh flora dan fauna ini. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dan hewan ternak disampaikan melalui penyuluhan kesehatan merupakan bantuan bidan kepada masyarakat terutama pada kaum ibu. Kerjasama dengan petugas gizi dan pertanian diperlukan di dalam peningkatan gizi masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

PPIBI. 2010. Bidan Menyongsong Masa Depan Jakarta. PPIBI.
Syahlan, JH, Dr. 1996. Kebidanan Komunitas, Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.
Jakarta.
Safrudin dan Hamidah.2009.Kebidanan Komunitas.Jakarta:EGC