Rabu, 01 Juni 2016

Makalah Partus Lama

Makalah Partus Lama

KATA PENGANTAR

              Puji syukur kami uacapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dalam mata kuliah ASUHAN KEBIDAN V yang berjudul “Penanganan Kegawatdaruratan Kasus Persalinan Lama / Macet beserta Rujukannya”.
           Dalam pembuatan tugas ini, kami banyak memdapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini, guna sebagai pemenuhan tugas mata kuliah asuhan kebidan V.
        Dalam penugasan ini kami sadar, kami tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Hal tersebut bukan unsur kesengajaan, tapi merupakan keterbatasan ilmu dan pengetahuan, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna untuk kepentingan bersama.
         Demikian tugas ini kami buat dengan sebaik-baiknya. Semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.


                                                                                                                                                                     Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
           Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu,atau didapatkan adanya infeksi intrauterin. Proses persalinan dipengaruhi oleh 3 faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan kontraksi diafragma. Faktor lain adalah faktor janin (passanger),  faktor jalan lahir (passage) dan faktor penolong serta faktor psikis (Mochtar, 1998)
           Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik. Persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal jugadi pengaruhi berbagai faktor yang kompleks,  misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan, keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan sosial ekonomi rakyat (Kusumawati, 2006)
         Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalah sebesar 31%, perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan, dan angkake jadian infeksi sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan adalah sebesar 64%. Berdasarkan survei ini, maka pelayanan kesehatan ibu di Indonesia masih perlu peningkatan pelayanan dan harus dibenahi dengan berbagai pendekatan (Kusumawati, 2006)Kusumawati, 2006).
 B. Rumusan masalah
  1. Apa definisi partus lama?
  2. Apa etiologi partus lama?
  3. Bagaimana gejala klinik dari partus lama?
  4. Bagaimana tanda dan gejala dari partus lama?
  5. Apa akibat dari partus lama?
 C. Tujuan
  1. Untuk mengetahui definisi partus lama
  2. Untuk mengetahui etiologi partus lama
  3. Untuk mengetahui gejala klinik dari partus lama
  4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari partus lama
  5. Untuk mengetahui akibat dari partus lama
D. Manfaat
  1. Bagi Penulis
Sebagai pemenuhan tugas dalam mata kuliah ASKEB V. Sebagai indikator untuk mengukur kemampuan penulis.
  1. Bagi Institusi
Sebagai referensi untuk mengukur kemampuan mahasiwa.
  1. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan wawasan Mengenai Penanganan Kegawatdaruratan Partus Lama/Macet dan Rujukannya.
BAB II
PEMBAHASAN
 A. Definisi Partus Lama
           Istilah partus lama, ada juga yang menyebutnya dengan partus kasep dan partus terlantar. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari pada multi. Bila persalinan berlangsung lama, dapat mmenimbulkan kompilikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
            Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam pada multi.
           Partus kasep menurut Harjono merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksi dan Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK). (Mochtar, 1998).
Partus lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1 jam untuk nulipara dan multipara. (Sarwono, 2008)
         Sebagian besar partus lama menunjukan pemanjangan kala I. Adapun yang menjadi penyebabnya yaitu, serviks gagal membuka penuh dalam jangaka waktu yang layak. (Harry, 2010)
      Harus pula kita bedakan dengan partus tak maju, yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putaran paksi selama 2 jam terakhir.
        Persalinan pada primi tua biasanya lebih lama. Pendapat umum ada yang mengatakan bahwa persalinan banyak terjadi pada malam hari, ini disebabkan keyataan bahwa biasanya persalinan berlangsung selama 12 jam atau lebih, jadi permulaan dan berakhirnya partus biasanya malam hari. Insiden partus lama menurut penelitian adalah 2,8-4,9%.
 B. Etiologi Partus Lama
Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multikomplek dan tentu saja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya.
Faktor-faktor penyebab antara lain :
  1. Kelainan letak janin
  2. Letak sungsang
  3. Letak lintang
  4. Kelainan-kelainan panggul
Dapat disebabkan oleh : gangguan pertumbuhan, penyakit tulang dan sendi, penyakit kolumna vertebralis, kelainan ektremitas inferior. Kelainan panggul dapat menyebabkan kesempitan panggul.
  1. Kelainan his
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazin terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan
  1. Pimpinan partus yang salah
  2. Janin besar atau ada kelainan kongenital.
  3. Hidrosefalus
  4. Makrosemia
  5. Anensefalus
  6. Kembarsiam
  7. Primitua
  8. Perut gantung, grande multi.
  9. Ketuban pecah dini                                                                                                                                                         C. Gejala Klinik Partus Lama
  1. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat, dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai lingkaran Bandle tinggi, edema vulva ,edema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
  1. Pada bayi
Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur, bahkan negatif.
Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijauan, berbau.
Caput sucsadaneum yang besar
Moulage kepala yang hebat
Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
Kematian Janin Intra Partal (KJIP). (Mochtar, 1998).
D. Tanda Dan Gejala Partus Lama
  1. Ibu tampak kelelahan dan lemah.
  2. Kontraksi tidak teratur tetapi kuat.
  3. Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi.
  4. Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi adekuat.
  5. molding  sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
 E. Akibat Partus Lama
Ibu:
Akibat untuk ibu adalah penurunan semangat, kelelahan, dehidrasi, asidosis, infeksi dan resiko ruptura uteri. Perlunya intervensi bedah meningatkan mortalitas dan morbiditas. Ketoasidosis dengan sendirinya dapat mengakibatkan aktivitas uterus yang buruk dan memperlama persalinan.
Janin:
Akibat untuk janin meliputi trauma, asidosis, kerusakan hipoksik, infeksi dan peningkatan mortalitas serta morbiditas perinatal.
F. Penanangan Rujukan Partus Lama/Macet
Tujuan
Mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan darurat pada partus lama/ macet
Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala partus macet. Bidan akan mengambil tindakan yang tepat, memulai perawatan, merujuk ibu dan/melaksanakan penanganan kegawatdaruratan yang tepat.
Hasil
  1. Mengenali secara dini gejala dan tanda partus lama serta tindakan yang tepat
  2. Penggunaan partograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses persalinan
  3. Penurunan kematian/kesakitan ibu/bayi akibat partus lama
  4. Ibu mendapat perawatan kegawatdaruratan obstetric yang cepat dan tepat
Prasyarat
  1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ketuban pecah
  2. Bidan sudah dilatih dengan tepat dan terampil untuk :
  3. menggunakan partograf dan catatan persalinan
  4. melakukan periksa dalam secara baik
  5. mengenali hal-hal yang menyebabkan partus lama/macet
  6. mengidentifikasi presentasi abnormal (selain vertex/presentasi belakanag kepala) kehamilan
  7. penatalaksanaan penting yang tepat untuk partus lama dan macet
  8. Tesedianya alat untuk pertolongan persalinan DTT termasuk beberapa pasang sarung tangan dan kateter steril/DTT
  9. Tersedianya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seperti air bersih yang mengalir, sabun dan handuk bersih, dua handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian), pembalut wanita, dan tempat plasenta. Bidan menggunakan sarung tangan.
  10. Tersedianya partograf dan Kartu Ibu, buku KIA. Partograf digunakan dengan tepat untuk setiap ibu dalam proses persalinan, semua perawatan dan pengamatan dicatat tepat waktu. Tindakan tepat diambil sesuai dengan temuan yang dicatat pada parograf
Proses
Bidan harus :
  1. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his dan kemajuan persalinan pada partograf dan catatan persalinan. Lengkapi semua komponen pada partograf dengan cermat pada saat pengamatan dilakukan.
  2. Jika terdapat penyimpangan dlam kemajuan persalinan (misalnya garis waspada pada partograf tercapai, his terlalu kuat/cepat/lemah sekali, nadi melemah dan cepat, atau DJJ menjadi cepat/tidak teratur/lambat), maka lakukan palpasi uterus dengan teliti untuk mendeteksi gejala-gejala dan tanda lingkaran retraksi patologis/lingkaran Bandl
  3. Jaga ibu agar mendapat hidrasi yang baik salaam proses persalinan, anjurkan ibu agar sering minum
  4. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan, dan merubah posisi selama proses persalinan dan kelahiran. Jangan biarkan ibu berbaring terlentang selama proses persalinan dan kelahiran
  5. Mintalah ibu sering buang air kecil selama proses persalinan (sedikitnya setiap 2 jam). Kandung kemih yang penuh akan memperlambat penurunan bayi dan membuat ibu tidak nyaman. Pakailah kateter hanya bil aibu tidak bisa kencing sendiri dan kandung kemih dapat dipalpasi. Hanya gunakan kateter dari karet. (hati-hati bila memasang kateter, sebab uretra mudah terluka pada partus lama/ macet)
  6. Amati tanda-tanda partus macet dan lama dengan melakukan palpasi abdomen, menilai penurunan janin, dan periksa dalam, menilai penyusupan janin, dan pembukaan serviks paling sedikit setiap 4 jam selama fase laten dan aktif persalinan. Catat semua temuan pada partograf. Lihat standar 9 untuk melihat semua pengamatan yang diperlukan untuk partograf
  7. Selalu amati tanda-tanda gawat ibu atau gawat janin, rujuk dengan cepat dan tepat jika hal ini terjadi
  8. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan pasien (kuku harus dipotong pendek dan bersih). Gunakan sarung tangan DTT/steril untuk semua periksa dalam. Selalu menggunakan teknik aseptic pada saat melakukan periksa dalam
Periksa dengan teliti vagina dan kondisinya (jika vagina panas/gejala infeksi dan kering/gejala ketuban minimal, maka menunjukkan ibu dalam keadaan bahaya). Periksa juga letak janin, pembukaan seviks serta apakah serviks tipis, tegang, atau mengalami edema. Coba untuk menentukan posisi dan derajat penurunan kepala. Jika ada kelainan atau bila garis waspada pada partograf dilewati persiapkan rujukan yang tepat.
  1. Rujuk dengan tepat untuk fase laten persalinan yang memanjang (0-4 cm): berlangsung lebih dari 8 jam
  2. Rujuk dengan tepat untuk fase aktif yang memanjang, kurang adri 1cm/jam dan garis waspada pada partograf telah dilewati
  3. Rujuk dengan tepat untuk kala II persalinan yang memanjang :
  4. 2 jam meneran untuk primipara
  5. 1 jam meneran untuk multipara
  6. Jika ada tanda dan gejala persalinan macet, gawat janin, atau tanda bahaya pada ibu, maka ibu dibaringkan ke sisi kiri dan berikan cairan IV RL. Rujuk ke rumah sakit. Damping ibu untuk menjaga agar keadaan ibu tetap baik. Jelaskan kepada ibu, suami/keluarganya apa yang terjadi dan mengapa ibu perlu dibawa ke rumah sakit
  7. Jika dicurigai adanya rupture uteri (his tiba-tiba berhenti atau syok berat), maka rujuk segera. Berikan antibiotika dan cairan IV (RL), iasanya diberikan ampisilin1 gr IM, diikuti pemberian 500mg setiap 6 jam secara IM, lalu 500mg per oral setiap 6 jam setelah bayi lahir
  8. Bila kondisi ibu/bayi buruk, dan pembukaan serviks sudah lengkap, maka bantu kelahiran bayi dengan ekstraksi vacuum (lihat standar 19)
  9. Bila keterlambatan terjadi sesudah kepal lahir (distosia bayi):
  10. Lakukan episiotomy
  11. Dengan ibu dalam posisi berbaring terlentang, minta ibu melipat kedua paha, dan menekuk lutut kea rah dada sedekat mungkin (minta dua orang untuk membantu, mungkin suami atau anggota keluarga lainnya, untuk menekan lutu ibu dengan mantap kearah dada. Maneuver Mc Robert)
  12. Gunakan sarung tangan DTT/ steril
Lakukan tarikan curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan. Hindarkan tarikan berlebihan pada kepal akarena mungkin akan melukai bayi. Pada saat melakukan tarikan pada kepala, minta seseorang untuk melakukan tekanan suprapubis ke bawah untuk membantu kelahiran bahu. Jangan pernah melakukan dorongan pada fundus. Pemberian dorongan pada fundus akan dapat mempengaruhi bahu lebih jauh dan menyebabkan rupture uteri
  1. Jika bayi tetap tidak lahir :
    1. Dengan menggunakan sarung tangan DTT/steril, masukkan satu tangan ke dalam vagina
    2. Berikan tekanan pada bahu anterior ke arah sternum bayi untuk mengurangi diameter bahu
  2. Kemudian jika bahu masih tetap tidak lahir
    1. Masukkan satu tangan ke dalam vagina
    2. Pegang tulang lengan atas yang berada pada posisi posterior, lengan fleksi dibagian siku, tempatkan lengan melintang di dada. Cara ini akan memberikan ruang untuk bahu anterior bergerak di bawah simpisis pubis
    3. Mematahkan clavikula bayi hanya dilakukan jika semua pilihan telah gagal
  3. Isi partograf, kartu ibu, dan catatan kemajuan persalinan dengan lengkap dan menyeluruh. Jika ibu dirujuk ke rumah sakit atau puskesmas kirimkan satu copy partograf ibu dan dokumen lain bersama ibu.

BAB III
PENUTUP
 A. Kesimpulan
           Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa partus lama disebut juga dengan partus kasep dan partus terlantar. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam pada multi. Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi- komplikasi baik pada terhadap ibu maupun terhadap anak. Dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
          Adapun gejala dari partus lama ini yang berdampak pada ibu adalah ibu mengalami gelisah,letih,suhu badan meningkat,berkeringat,nadi cepat, pernafasan cepat, dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai lingkaran Bandle tinggi, edema vulva ,edema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium. Dan pada bayi adalah denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur, bahkan negatif. Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijauan, berbau. Caput sucsadaneum yang besar. Moulage kepala yang hebat, kematian janin dalam kandungan (KJDK) ,Kematian janin intra partal (KJIP).
B. Saran
              Semoga makalah ini di harapkan bermanfaat bagi pembaca dan kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran membangun demi perbaikan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rusatam. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC. Jakarta
Oxorn, Harry. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologis & Fisiologi Persalinan. C.V ANDI OFFSET. Yogyakarta
Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. PT Bina Pustaka. Jakarta

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL YANG HIPERTENSI

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL YANG HIPERTENSI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan. Apabila kehamilan ini direncanakan, akan memberi rasa kebahagiaan dan penuh harapan. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari bulan ke bulan diperlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik dan mentalnya. Perubahan ini  terjadi akibat adanya ketidakseimbangan hormon progesteron dan hormon estrogen yakni hormon kewanitaan yang ada di dalam tubuh ibu sejak terjadinya proses kehamilan (Mandriwati, 2008)Kehamilan merujukkan saat yang menyenangkan dan di nanti nanti kan oleh ibu dan keluarga nya. Semua ibu menginginkan kehamilan maupun persalinan nya berjalan aman,dan normal.tetapi kehamilan dapat juga menjadi saat kegelisahan dan keprihatinan. Hubungan yang serasi dan saling percaya harus dimiliki baik penolong maupun pasien.
1.2  Rumusan
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
A.    Dapat mengetehui Penyebab Hipertensi Dalam Kehamilan?
B.     Bagaimana yang dimasud Penyakit Ginjal Hipertensif?
C.    Bagaimana yang dimaksud Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan?
1.3  Tujuan
Tujuan Umum :
Selesai melakukan penulisan makalah ini, mahasiswa berharap mendapatkan gambaran umum dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam memberikan manajemen kebidanan pada klien dengan kehamilan
Tujuan Khusus :
Dalam melakukan pembinaan terhadap ibu hamil, mahasiswa mengharapkan dapat menggunakan manajemen kebidanan menurut yaitu :
  1. Mampu melaksanakan pengkajian pada kasus kehamilan normal melalui pengumpulan semua data sehingga dapat mengevaluasi keadaan klien
  2. Mampu menegakkan diagnosa, mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pada kasus kehamilan
  3. Mampu mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi pada kasus kehamilan
  4. Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan pada kasus kehamilan.
  5. Mampu merencanakan asuhan yang rasional dan efektif pada kasus kehamilan.
  6. Mampu melaksanakan asuhan pada kasus kehamilan norma secara efisien dan aman
  7. Mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan pada kasus kehamilan.
  8. Serta mampu melakukan pendokumentasian pada kasus kehamilan.
1.4  Manfaat
Semoga semua yang telah dipelajari dalam judul makalah “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Yang Hipertensi” dapat bermanfaat dan dipelajari bagi pembaca terutama kepada mahasiswa.
  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Asuhan Kebianan Pada Ibu Hamil Yang Hipertensi
Hipertensi ditemukan pada ibu hamil baik pada penyakit sebelumnya (5-15% dari total ibu hamil) atau sebagai gangguan yang berhubungan dengan kehamilan, pre-eklamsia (Lyoyd, dalam Wylie). Hipertensi dijuluki sebagai the silent killer karena biasanya tidak menunjukkan gejala dan hanyaterdiagnosis melalui krinning atau ketika penyakit tersebut bermanifestasi ada komplikasi gangguan tertentu. Hipertensi sangat signifikan berkontribusi terhadap angka kesakitan dan kematian ibu dan janin sehingga perlu dilakukan skrinning awal dan pemeriksaan lanjutan selama kehamilan.

B.     Penyebab Hipertensi Dalam Kehamilan
Penyebab hipertensi pada sebagian besar kasus tidak diketahui sehingga disebut hipertensiesensial. Namun demikian pada sebagian kecil kasus hipertensi merupakan akibat sekunder proses penyakit lainnya, seperti : ginjal, defek adrenal, komplikasi terapi obat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan adalah:
  1. Hipertensi Esensial
  2. Penyakit Ginjal
  3. Hipertensi Esensial

Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang disebabkan oleh faktor herediter faktor emosi dan lingkungan. Wanita hamil dengan hipertensi esensial memiliki tekanan darah sekitar 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Gejala gejala lain seperti kelainan jantung, arteriosklerosis,perdarahan otak,dan penyakit ginjal akan timbul setelah dalam waktu yang lama dan penyakit terus berlanjut. Hipertensi esensial dalam kehamilan akan berlangsung normal sampai usia kehamilan aterm. Sekitar 20% dari wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darah, dapat disertai proteinuria dan edema. Faktor resiko hipertensi esensial dalam kehamilan adalah : wanita hamil multipara dengan usia lanjut dan kasus toksemia gravidarum.  Penanganan dilakukan saat dalam kehamilan dan dalampersalinan. Penanganan dalam kehamilan meliputi : pemeriksaan antenatal yang teratur, cukup istirahat monitor penambahan berat badan dan melakukan pengawasan ibu dan janin, pemberian obat (anti hipertensi dan penenang), terminasi kehamilan dilakukan jika ada tanda-tanda hipertensi ganas. Penanganan dalam persalinan meliputi: pengawasan pada setiap kala persalinan secsio sesarea dilakukan pada wanita primitua dengan anak hidup. Prognosis untuk ibu dan janin kurang baik. Beberapa nasehat yang dapat diberikan pada wanita hamil adalah : pemakaian alat kontrasepsi bagi wanita dengan jumlah anak belum cukup.

C. Penyakit Ginjal Hipertensif
Penyakit ginjal dengan hipertensi dapat dijumpai pada wanita hamil dengan glomerulonefritis akut dan kronik pielonefritis akut dan kronik. Frekuensi kejadian sekitar 1% secara klinis dan secara patologi-anatomi kira-kira 15%. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara :
·         pemeriksaan urin lengkap dan faal ginjal,
·         pemeriksaan retina,
·         pemeriksaan umum,
·         pemeriksaan kuantitatif albumin air kencing, dan
·         pemeriksaaan darah lengkap.
Nasehat yang dapat diberikan ke pasien adalah :
·         pemerilksaan antenatal yang teratur
·         pengawasan pertumbuhan janin, dan kesehatan ibu.
D. Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut :
·         Hipertensi esensial.
·         Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension.
·         Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH).
·         Pre-eklamsia.
·         Eklamsia.

1.                  Hipertensi esensial
Hipertensi pre-existeng dikenal dengan hipertensi kronis atau esensial. Hipertensi esensial sudah dibahas pada awal sub bab ini.

2.                  Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension.
Hipertensiesensial disertai superimposed preatau pre eklamsia dapat terjadi selama kehamilan. Komplikasi dari hipertensi esensial diindikasikan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengompensasi patologi penyebab hipertensi yang menghambat darah menyuplai gas dan nutrienke jaringan dan organ tubuh.
Komplikasi lain yang mungkin timbul antara lain:
·         gagal ginjal
·         serangan vaskuler serebral (stroke)
·         ensefalopati.

3.         Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH).
Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH) adalah peningkatan tekanan darah setelah minggu ke-20 kehamilan. Penyebab PIH belum diketahui, akan tetapi telah dihubungkan dengan kasus pembesaran plasenta. Karena tekanan darah meningkat tanpa proteinuria, maka dapat menjadi indikasi bahwa tubuh tidak mampu mengompensasi patologi sirkulasi yang berhubungan dengan hipertensi esensial dengan vaskularisasi tambahan ke plasenta dan janin. Diagnosisnya apabila tekanan darah diastolik > 110 mmHg pada setiap pemeriksaan atau 90 mmHg pada dua kali atau lebih pemeriksaan atau selang 4 jam. Penatalaksanaannya diperlukan pengawasan yang cermat terhadap kondisi ibu dan janin. Pemeriksaan bagi ibu antara lain : pemeriksaan fisik lengkap USG, Laboratorium darah dan urin. Sedangkan bagi janin adalah pemeriksaan abdomen; USG; kardiotokografi.

4.         Pre-eklamsia
Pre-eklamsia juga dikenal sebagai hipertensi gestasional proteinurik, toksemia pre-eklamtik (TPE). Pre-eklamsia merupakan gangguan multisistem yang bersifat spesifik terhadap kehamilan dan masa nifas. Lebih tepatnya, penyakit ini merupakan penyakit plasenta. Angka kejadian pre-eklamsia sekitar 6-8% dari semua kehamilan. Penyebab pre-eklamsia belum diketahui secara pasti. Pre-eklamsia ditandai dengan gejala tekanan darah ? 140/90 mmHg, proteinuria dan edema pada wajah maupun tangan. Pre-eklamsia terbagi menjadi pre-eklamsia ringan dan pre-eklamsia berat.  Komplikasi pre-eklamsia jangka pendek antara lain: gagal ginjal; eklamsia, stoke, kematian ibu, HELLP, DIC, dan masih banyak lainnya. Penanganan pre-eklamsia sesuai dengan klasifikasinya.

5.         Eklamsia
Eklamsia didefinisikan sebagai satu atau lebih kejang menyeluruh atau koma dalam kondisi pre-eklamsia tanpa ada kondisi neurolig lain. Eklamsia dianggap sebagai tahap akhir pre-eklamsia. Eklamsia dapat terjadi selama periode pranatal, intranatal, dan pascanatal. Yang paling beresiko adalah : periode pascanatal. Komplikasi terjadinya eklamsia adalah kematian, perdarahan serebral edema paru, ARDS, gagal ginjal. Ibu dengan pre-eklamsia berat beresiko mengalami kejang berulang, sehingga pencegahan dan penanganan dapat dilakukan dengan pemberian Magnesium Sulfat secara intravena.
  
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Hipertensi dalam kehamilan, toksemia gravidarum, hipertensi gravidarum, hipertensi pada kehamilan, hipertensi pada ibu hamil, penyebab hipertensi dalam kehamilan, proteinuria, askeb hipertensi dalam kehamilan, kehamilan dengan hipertensi, patofisiologi  hipertensi dalam kehamilan, asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hipertensi, hipertensikarena kehamilan, contoh kasus hipertensi pada ibu hamil, factor resiko hipertensi pada kehamilan, makalah tentang hipertensi dalam kehamilan, contoh kasus hipertensi pada kehamilan, makalah kehamilan dengan hipertensi, hipertensi dalam kehamian, makalah tentang hipertensi tanpa poteinuria, makalah askeb hipertensi pada kehamilan.

B.     Saran

Sebaiknya ibu hamil rajin memeriksakan kehamilannya untuk mendeteksi dini jika terjadi komplikasi pada kehamilannya, sehingga keselamatannya dan janinnya tidak terancam.